Bahasa Gaul - Bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak
1970-an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu untuk
merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi karena sering
juga digunakan di luar komunitasnya, lama-lama istilah-istilah tersebut
jadi bahasa sehari-hari.
Kita pasti sering mendengar
istilah-istilah gaul seperti cupu, jayus, atau jasjus, dan sebagainya.
Bahkan mungkin kita sendiri sering menggunakannya dalam obrolan
sehari-hari dengan teman-teman. Sebagai anak gaul, kita senang-senang
saja menggunakan kosakata baru yang
tidak ada dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia atau orang tua kita saja yang
agak risi jika kebetulan mereka mendengarnya.
Seharusnya
mereka enggak perlu merasa terganggu mendengar bahasa gaul remaja zaman
sekarang. Karena di saat mereka muda dahulu, mereka juga punya bahasa gaulnya sendiri. Bahasa gaul tidak hanya muncul belakangan ini saja,
tapi sudah muncul sejak awal 1970-an. Waktu itu bahasa khas anak muda
itu biasa disebut bahasa prokem atau atau bahasa okem. Salah satu
kosakata bahasa okem yang masih sering dipakai sampai sekarang adalah
"bokap".
Bahasa okem awalnya digunakan oleh para preman
yang kehidupannya dekat sekali dengan kekerasan, kejahatan, narkoba,
dan minuman keras. Istilah-istilah baru mereka ciptakan agar orang-orang
di luar komunitas mereka tidak mengerti. Dengan begitu, mereka tidak
perlu lagi sembunyi-sembunyi untuk membicarakan hal negatif yang akan
maupun yang telah mereka lakukan.
Karena begitu
seringnya mereka menggunakan bahasa sandi mereka itu di berbagai tempat,
lama-lama orang awam pun mengerti yang mereka maksud. Akhirnya mereka
yang bukan preman pun ikut-ikutan menggunakan bahasa ini dalam obrolan
sehari-hari sehingga bahasa okem tidak lagi menjadi bahasa rahasia.
Kalau tidak percaya, coba saja tanyakan ke bokap atau nyokap kita, tabu
tidak mereka dengan istilah mokal, mokat, atau bokin. Kalau mereka tidak
mengerti artinya, berarti di masa mudanya dulu mereka bukan anak gaul.
Dengan
motif yang lebih kurang sama dengan para preman, kaum waria juga
menciptakan sendiri bahasa rahasia mereka. Sampai sekarang kita masih
sering mendengar istilah "bencong" untuk menyebut seorang banci. Kata
bencong itu sudah ada sejak awal 1970-an juga, hampir bersamaan rdengan
bahasa prokem. Pada perkembangannya, konon para waria atau banci inilah
yang paling rajin berkreasi menciptakan istilah-istilah baru yang
kemudian memperkaya bahasa gaul.
Kosakata bahasa gaul
yang berkembang belakangan ini sering tidak beraturan alias tidak ada
rumusnya. Sehingga kita perlu menghafal setiap kali muncul istilah baru.
Misalnya untuk sebuah lawakan yang tidak lucu, kita biasa menyebutnya
garing atau jayus. Ada juga yang menyebutnya jasjus. Untuk sesuatu yang
tidak oke, biasa kita sebut cupu. Jayus dan cupu bisa dibilang kosakata
baru.
Ini berbeda dengan bahasa okem dan bahasa bencong
yang populer di tahun 1970-an. Misalnya, kata bokap dan bencong
merupakan kata bentukan dari kata bapak dan banci.
Ada
banyak ragam bentukan bahasa gaul. Berikut ini penjelasan singkat
beberapa metode atau rumus dalam membentuk atau memodifikasi kata.
- Tambahan awalan ko.
Awalan
ko bisa dibilang sebagai dasar pembentukan kata dalam bahasa okem.
Caranya, setiap kata dasar, yang diambil hanya suku kata pertamanya.
Tapi suku kata pertama ini huruf terakhirnya harus konsonan. Misalnya
kata preman, yang diambil bukannya pre tapi prem. Setelah itu tambahi
awalan ko, maka jadi koprem. Kata koprem ini kemudian dimodifikasi
dengan menggonta-ganti posisi konsonan sehingga prokem. Dengan gaya
bicara anak kecil yang baru bisa bicara, kata prokem lalu mengalami
perubahan bunyi menjadi okem.
Contoh lainnya:
Mati - komat (ko+mat) - mokat
Bini - kobin (ko+bin) - bokin
Beli - kobel (ko+bel) - bokel
Bisa - kobis (ko+bis) - bokis
Dengan metode yang sama, waria di Jawa Timur mengganti awalan ko dengan si
- Kombinasi e + ong
Kata
bencong itu bentukan dari kata banci yang disisipi bunyi dan ditambah
akhiran ong. Huruf vokal pada suku kata pertama diganti dengan e. Huruf
vokal pada suku kata kedua diganti ong.
Contoh lain:
Makan - mekong
Sakit - sekong
Laki - lekong
Lesbi - lesbong
Mana - menong
Ada juga waria yang kemudian nengganti tambahan ong dengan es sehingga bentukan katanya
Banci - bences
Laki - lekes
Tambahan sisipan Pa/pi/pu
Setiap
kata dimodifikasi dengan penambahan pa/pi/pu/pe/po pada setiap suku
katanya. Maksudnya bila suku kata itu bervokal a, maka ditambahi pa,
bila bervokal i ditambahi pi, begitu seterusnya.
Contoh:
Mati - ma (+pa) ti(+pi) - mapatipi
Cina - ci (+pi) na (+pa) - cipinapa
Gila - gi (+pi) la(+pa) - gipilapa
Tilang - ti (+pi) la(+pa)ng - tipilapang
Bahasa gaul dengan bentukan kata macam ini rasanya merepotkan. Memang sebagai
bahasa sandi atau bahasa rahasia mungkin cukup ampuh. Tapi tidak
praktis. Bayangkan saja sebuah kata yang tadinya terdiri dari dua suku
kata jadi empat suku kata. Jadi terlalu panjang mengucapkannya.
- Sisipan in
Pernah
dengar istilah lines? Lines itu artinya 'lesbi'. Rumusnya, setiap suku
kata pertama disisipi in. Kata les-bi disisipi -in jadi 1(in)es b(in)I =
linesbini. Biar gampang sering disingkat jadi lines saja.
Contoh lain:
Banci - b(in)an-c(in)i - binancini
Mandi - M(in)an-d(in)i -- Minandini
Toko - t(in)o-k(in)o - tinokino
Homo - h(in)o-m(in)o - hinomino
Contoh-contoh
di atas bisa dibilang pembentukan kata yang beraturan. Ada juga
bentukan kata yang tidak beraturan, jadi tidak bisa dibuat rumusnya.
Misalnya kata cabut yang kemudian jadi bacut. Artinya pergi atau
berangkat. Bisa juga diartikan lari atau kabur bila diucapkan dengan
intonasi tinggi dan panjang (Cabuuut...!). Susah kan,
menghubung-hubungkan kata pergi, berangkat, lari, atau kabur dengan kata
cabut. Contoh lainnya kata kece untuk cantik. Coba saja dikutak- katik,
siapa tahu bisa dibuatkan rumusnya.
Istilah dalam bahasa gaul sekarang ini sepertinya cenderung ke arah yang tidak beraturan atau dengan menyingkat kata.
Misalnya
kalau kita mendengar ada orang yang bilang "macan tutul di Gedung MPR,
pamer paha di jalan tol" tentu itu bukan menunjukkan arti sebenarnya.
Tidak ada macan tutul di MPR dan tidak ada cewek-cewek pakai rok mini di
jalan tol. Tapi maksud dari kalimat tersebut: "Macet total di depan
Gedung MPR dan padat merayap tanpa harapan di jalan tol".
Bahasa Gaul Masuk Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI )
Bahasa gaul rupanya tidak cuma menarik buat para penggunanya, tapi juga
menarik untuk diseminarkan. Buktinya sekitar setahun yang lalu pernah
digelar acara diskusi "Bahasa Slang, Bahasa Gaul dalam Dinamika Bahasa
Indonesia dan Bahasa Asing" di Perpustakaan Departemen Pendidikan
Nasional (Depdiknas). Yang jadi pembicaranya, antara lain, seniman Remy
Silado dan Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Dendy
Sugono.
Pak Dendy bilang, bisa saja istilah-istilah
gaul dicantumkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang akan
diterbitkan pada tahun 2008. Di samping itu, Pusat Bahasa Depdiknas pun
akan mengeluarkan KBBI yang hanya memuat istilah-istilah baku. Dengan
kata lain, kalau inisiatif Pak Dendy ini terlaksana, tahun 2008 nanti
akan ada dua versi KBBI. Salah satunya akan mencantumkan istilah-istilah
gaul. Sepertinya rencana Pusat Bahasa mencantumkan istilah gaul dalam
KBBI bukan omong kosong. Indikasinya sudah kelihatan kok. Beberapa bulan
lalu lembaga ini pernah merilis tentang asal-usul istilah gaul. Seperti
istilah nihh ye, memble, kece, bo, nek, jayus, jaim, sampai gitu loh
Hebat kan mereka bisa menemukan siapa saja orang pertama yang
menciptakan/menggunakan atau memopulerkan istilah-istilah tersebut. Kita
masih ada waktu setahun lebih untuk menciptakan istilah-istilah baru
untuk dicantumkan dalam KBBI.
Nih Yee...
Ucapan
ini terkenal di tahun 1980-an, kalau tidak salah tepatnya November 1985
pertama kali di ucapkan oleh pelawak Diran, kemudian dijadikan bahan
lelucon oleh Euis Darliah.
Memble dan Kece
Ini
adalah ciptaan khas Jaja Mihardja, di tahun 1986 kemudian di mainkan
dalam Film Memble tapi Kece yang diperankan oleh Jaja Mihardja sendiri
dan Dorce Gamalama.
Booo.
Ini ucapan populer di
pertengahan awal 90-an, pertama dipoplerkan oleh grup GSP, kalau tidak
salah Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan yang pertama kali mengucapkan,
kemudian kata-kata ini pernah di ucapkan dalam lenong rumpi, tapi
kata-kata ini popular dalam lingkungan pergaulan dikalangan artis, Titi
DJ-lah orang benar-benar mempopulerkan ucapan ini.
Nek.
Setelah
kata-kata Boo, tak lama kemudian muncul kata-kata Nek, bagi generasi
yang SMA-nya di pertengahan 90-an pasti mengalami bagaimana populernya
kata-kata ini, Ucapan Nek...pertama kali di ucapkan oleh Budi Hartadi
seorang remaja di kawasan kebayoran yang tinggal sama neneknya, makanya
dia sering ngucapin
Nek... kebetulan dia latah jadinya setiap
ngomong dia ngucapin Nek...Nek...eh lo mau ke menong, Nek itu contohnya
si Budi kalo ngomong ke temennya, si Budi ini seneng gaul di wilayah
Tjokro, Menteng ...nah kebetulan ada banci menteng yang denger, kemudian
si Banci itu ngikutin kata-kata si Budi, so... banyak Banci ngomong
gaya Budi, jadi banyak orang mengira kata-kata ini di populerkan oleh
para Banci.
Jaim
Ucapan Jaim ini di populerkan
oleh Bapak Drs.Sutoko Purwosasmito, seorang pejabat di sebuah
departemen, yang selalu mengucapkan kepada anak buahnya untuk menjaga
tingkah laku, pada suatu hari Pak Pur, begitu ia sering dipanggil,
berpidato di hadapan anak buahnya untuk Jaim, inilah kutipan
kata-katanya saudara-saudara sebagai pegawai negeri kita harus Jaim, apa
itu Jaim Jaim itu yah?? Jaga Imej itulah awal kata-kata Jaim itu
populer, kemudian seorang anak buah Pak Pur, Bapak Dharmawan Sutanto,
yang
punya anak bernama Santi Indraswara, pernah memarahi Santi
untuk gak terlalu ngumbar sama temen-temen cowoknya. San, kamu kalo jadi
cewek harus Jaim..!!!! Santi bengong dengan muka penasarannya dia
bertanya Pa...Jaim itu apa? Pak Dhar langsung keluar kamar Santi sambil
ngomong Jaim itu Jaga Imej. Santi yang masih bengong hanya mengucapkan
ooooh. Hari seninnya, Santi pas upacara bendera dia ditugaskan jadi
pembaca UUD 1945, diakhir kata dia gak sengaja ngucapin Jaim doooong.
Kepala Sekolahnya langsung menoleh ke Santi dan bertanya ke Santi apa
itu Jaim, Santi dengan santai jawab Jaga Imej Pak eh Kepala Sekolah
dengan muka bingung juga hanya mengucapkan Ooohh.
Gitu Loooooooooohhh........(GL)
Kata
GL pertama kali diucapin oleh Gina Natasha seorang remaja SMP di
kawasan Kebayoran, Gina ini punya kakak bernama Ronny Baskara seorang
pekerja event organizer, Ronny ini juga punya temen kantor bernama Siska
Utami, pada suatu saat Siska bertandang ke rumah Ronny, pas dia ketemu
si Gina, Siska nanya Kakakmu mana si Gina menjawab di kamar, Gitu
Loooohhh.. terus pas di tanya lagi, eh Gina kelas berapa sekarang?? Gina
menjawab, kelas dua SMP Gitu looohhh..
LEBAY :
Merupakan
hiperbola dan singkatan dari kata “berlebihan”. Kata ini populer di
tahun 2006’an. Kalo tidak salah Ruben Onsu atau Olga yang mempopulerkan
kata ini di berbagai kesempatan di acara-acara di televisi yang mereka
bawakan, dan biasanya digunakan untuk “mencela” orang yang berpenampilan
norak.
GUE :
Adalah bahasa “resmi” yang kini
banyak digunakan oleh kebanyakan orang (terutama orang dari Suku Betawi)
untuk menyebut “Saya / Aku”. Kata ini merupakan bahasa Betawi yang
telah digunakan secara luas, jauh sebelum bahasa prokem dikenal orang.
ELO / ELU :
Sama
seperti “Gue” kata ini pun sudah digunakan digunakan oleh Suku Betawi
sejak bertahun-tahun lalu dan menjadi kata untuk menyebut “Anda / Kamu”.
BONYOK :
Kata
ini merupakan singkatan dari Bokap-Nyokap (orang tua). Tidak jelas
siapa yang mempopulerkan kata ini, tapi kata ini mulai sering digunakan
diperiode awal 2000an, ketika bahasa sms mulai populer di kalangan
remaja. Bokap (Ayah) dan Nyokap (Ibu) sendiri merupakan istilah yang
telah populer sejak tahun 80’an dan masih digunakan hingga hari ini.
KOOL :
Sekilas
cara membacanya sama dengan “cool” (keren), padahal kata ini merupakan
singkatan dari KOalitas Orang Lowclass, yang artinya mirip dengan Alay.
JAYUS :
Arti sebenarnya adalah lawakan atau tingkah laku yang maunya melucu tapi tidak lucu.
Istilah
Jayus populer di tahun 90an dan masih sesekali digunakan di masa kini.
Dari cerita mulut ke mulut, konon ada seorang anak di daerah Kemang
bernama Herman Setiabudhi yang kerap dipanggil Jayus oleh teman2nya.
Jayus sendiri adalah nama ayah dari Herman (lengkapnya Jayus Kelana)
yang seorang pelukis di kawasan Blok M. Herman alias Jayus terkenal
sebagai anak yang sering melawak tapi lawakannya kerap kali tidak lucu.
GARING :
Kata
ini merupakan kata dari bahasa Sunda yang berarti “tidak lucu”. Awalnya
kata-kata ini hanya digunakan di Jawa Barat saja. Namun karena
banyaknya mahasiswa luar pulau yang kuliah di Jawa Barat (Bandung) lalu
kembali ke kota kelahiran mereka, kata ini kemudian dipakai mereka dalam
beberapa kesempatan. Karena seringnya digunakan dalam pembicaraan,
akhirnya kata ini pun menjadi populer di beberapa kota besar.
GANDENG :
Kata
ini pun merupakan kata dari bahasa Sunda yang berarti “berisik”. Sama
seperti garing, kata ini dibawa dan dipakai oleh para mahasiswa luar
Jawa Barat yang sempat kuliah di tanah Parahyangan itu, yang pada
akhirnya membuat kata ini menjadi terkenal dan beberapa kesempatan
dipakai.
MENEKETEHE :
Kata ini sebenarnya berasal
dari kata “Mana Kutahu” dan diplesetkan oleh Tora Sudiro sekitar awal
tahun 2000an, di acara Extravaganza TransTV. Istilah itu cukup populer
dan saat ini cukup sering digunakan orang.
AJIB :
Artinya
Enak, Asyik, atau Klabing. Kata ini mulai populer di tahun 90an tatkala
musik trance dan narkoba jenis shabu-shabu 3baru mulai populer. Kata
ini biasanya digunakan oleh para penikmat kedua hal itu. Istilah ini
diambil dari suara hentakan tempo musik trance yang kalo didengar dengar
teliti memang terdengar seperti “Ajib, ajib…. ajib, ajib….”.
CING :
Saya
mensinyalir kata ini sudah sering digunakan sejak tahun 1970an. Hal ini
diketahui ketahui saat kita menonton film Si Pitung Banteng Betawi yang
dibintangi oleh (alm) Dicky Zulkarnaen. Belakangan, di tahun 90an, kata
ini mulai sering digunakan orang lagi, terutama setelah sering
digunakan Debby Sahertian di sitkom Lenong Rumpi. Kata “cing” biasa
digunakan sebagai sapaan untuk teman dekat. Misalnya, “Mau ke mana,
Cing?”
ALAY :
Singkatan dari Anak Layangan, yaitu
orang-orang kampung yang bergaya norak. Alay sering diidentikkan dengan
hal-hal yang norak dan narsis.
EMBER :
Kata ini
merupakan plesetan dari kata “Memang Begitu”. Pertama kali dipopulerkan
oleh Titi DJ yang secara tidak sengaja menyebut kata ini saat menjawab
pertanyaan orang. Sejak itu, kata ini sering digunakan di berbagai
kesempatan.
YUK :
Kata yang merupakan bentuk
ajakan ini dipopulerkan oleh Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan (anggota
grup GSP). Kata ini sempat populer di awal tahun 90an dan sering
digunakan oleh Lenong Rumpi. Di awal tahun 2000an, kata ini kembali
populer sejak digunakan oleh Indra Birowo dan Tora Sudiro di acara
Exravaganza. Karena sering digunakan saat mereka berperan sebagai
bencong, maka kata ini identik dengan panggilan kaum waria / bencong.
BISPAK :
Merupakan
singkatan dari kata “Bisa Pakai”. Kata ini mulai populer di pertengahan
90an, dan biasanya digunakan sebagai kode rahasia untuk menyebutkan
wanita / pria yang bisa “dipakai” (baca : ditiduri), tapi mereka sendiri
tidak mau disebut PSK (Pekerja Seks Komersial), karena seringkali
mereka melakukan hal itu “just for fun”.Tidak jelas siapa yang
mempopulerkan kata ini tapi dari penelusuran saya, kata ini sudah akrab
dan sering digunakan oleh para Eksmud (Eksekutif Muda) Jakarta sekitar
tahun 96an.
SEMOK :
Berasal dari bahasa Jawa yang
berarti “Montok”. Kata ini belakangan sering digunakan orang untuk
menggambarkan wanita yang cantik dan seksi.
JABLAY :
Kata
ini dipopulerkan oleh Titi Kamal saat menyanyikan lagu berjudul sama
dalam film Mendadak Dangdut (2006).Merupakan singkatan Jarang Dibelai
yang mengandung arti lebih jauh sebagai ungkapan hati seorang wanita
yang jarang mendapatkan belaian kasih sayang kekasihnya.
BELAH DUREN :
Berasal
dari istilah yang digunakan dalam lagu dangdut berjudul sama yang
dinyanyikan oleh Julia Perez, kata “Belah Duren” merupakan istilah yang
ditujukan buat para pengantin muda yang menikmati malam pertama.
Belakangan kata ini mengandung makna ajakan untuk melakukan ML (Making
love).
GITU LOH :
Kata ini berarti “Demikian /
Begitu”, yang merupakan penekanan dari sebuah penjelasan yang
disampaikan oleh sang pembicara. Kata ini cukup terkenal di tahun 2007,
karena sering digunakan oleh para penyiar radio (terutama radio anak
muda) setiap kali selesai menjelaskan sesuatu. Kata ini makin populer
manakala sering digunakan dalam berbagai percakapan yang bernada jenaka
(sekaligus norak) di berbagai acara televisi.
SEGEDE GAMBRENG :
Kata
“gambreng” berasal dari suitan anak-anak (hompimpah alaihum gambreng),
yang menunjukkan siapa yang menang dalam suitan tersebut. Belakangan,
sekitar tahun 2007an, kata ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang
besar sekali (dan sulit diungkapkan dengan kata-kata).
JUTEK :
Berasal
dari kata yang sering digunakan oleh para PSK di awal tahun 2000an
untuk menggambarkan pria yang sombong dan jarang tersenyum. Kata ini
akhirnya menjadi kata umum yang digunakan untuk melukiskan orang yang
menyebalkan, judes, galak, emosian, dan sombong.
BT / BETE :
Merupakan
singkatan dari Boring Total. Tadinya orang menduga kata ini
dipopulerkan oleh Dwiq saat merilis lagu “Bete” sekitar tahun 2008.
Padahal kata ini sudah lama digunakan oleh para mahasiswa yang bosan
dengan program perkuliahan mereka. Kata ini mulai populer dan digunakan
di awal tahun 2000an.
PRIKITIW :
Adalah celutukan
yang ditujukan pada pasangan yang tertangkap basah melakukan
perselingkuhan. Adalah Sule, seorang komedian lokal, yang melontarkan
celutukan nakal yang kini menjadi bahasa pergaulan itu.
CUMI :
Merupakan
singkatan yang mengandung banyak arti (tergantung CUMI yang dipakai
adalah singkatan dari apa). Awalnya kata ini dipopulerkan oleh sebuah
produk kartu telpon seluler di tahun 2008an, yang akhirnya berkembang
menjadi bahasa gaul anak-anak remaja untuk menjelaskan kondisinya saat
ini, seperti CUma MIkir, CUma MIScal, CUma MIrip, CUma MInjam, CUkup
MIris, dan lain-lain.
MOGE :
Awalnya kata ini
merupakan singkatan dari Motor Gede dan dipopulerkan oleh kelompok
penyuka motor gede tahun 2008 silam. Namun belakangan, kata itu
diplesetkan banyak orang menjadi Motor Gelo yang ditujukan pada
orang-orag norak yang suka bikin rusuh, mau menang sendiri, dan bikin
muak banyak orang.
BONEK :
Singkatan
dari kata Bondo Nekat yang berarti orang nekat yang gak bermodal apapun
selain kemauan. Kata ini dipopulerkan oleh suporter Tim Sepakbola
Persebaya – Surabaya di tahun 90an dan menjadi sebutan “kebanggaan”
mereka. Saat ini, kata ini juga digunakan untuk orang-orang nekat yang
gak kenal rasa takut.
KATROK :
Orang kampung /
orang desa. Kata ini dipopulerkan oleh Tukul Arwana saat membawakan
acara Empat Mata sekitar tahun 2007an (kini berubah menjadi acara Bukan
Empat Mata). Kata ini kemudian menjadi bahasa umum untuk menggambarkan
orang yang kampungan / norak banget.
nih ada beberapa kosakata anu biasa digunain sama bencong-bencong bertulang lunak
Akika = Aku
Begindaaaaaang = Begitu
Belalang = Beli
Belenjong = Belanja
Beranak Dalam Kubur = Berak
Cacamarica = Cari
Cucok = Cocok
Cumi = Cium
Diana = Dia
Endaaaaaaaaaang = Enak
Gilingan = Gila
Hamidah = Hamil
Hima Layang = Hilang
Jali-Jali = Jalan-Jalan
Jayus = joke-garing
Jijay Markijay = Jijik
Kanua = Kamu
Kawilarang = Kawin
Kesindaaaang = Kesini
Kemindang = Kemana
Kencana = Kencing
Kepelong = Kepala
Kesandro = Kesana
Krejong = Kerja
Lambreta = Lambat
Lapangan Bola = Lapar
Maharani = Mahal
Makarena = Makan
Maluku = Malu
Mandole = Mandi
Mataram = Mati
Mawar = Mau
Merekah = Marah
Minangan = Minum
Motorola = Motor
Mukadima = Muka
Mursida = Murah
Nanda = Nanti
Naspro = Nasi
Organ = Orang
Organ Tunggal = Orang Tua
Pere = Perempuan
Pertiwi = Perut
Piur = Pergi
Rambutan = Rambut
Sastra = Satu
Sekong = Sakit
Sepong = Siapa
Sirkuit = Sedikit
Soraya Perucha = Sakit Perut
Tinta = Tidak
Titi DJ = Hati-hati di jalan